Minggu, 03 Mei 2009

Kembali Menulis


Hari ini rentak hati untuk mulai menulis kembali, setelah cukup lama hanya termangu menatap blog ini.
Langkah kaki dan hati yang aku lewati adalah sebuah perjalanan pilihan, untuk berbuat sesuatu yang aku yakini.
Sebuah kebahagiaan berbagi dengan sesama makhluk ciptaan Tuhan, sebuah kebahagiaan menyaksikan kebebasan dan kedamaian dalam keselarasan dan kasih sayang.
Meskipun terkadang tak luput justru aku diselimuti amarah dan duka, menyaksikan beribu satwa terkurung dalam sangkar-sangkar terpisahkan dari kerabat dan sahabat mereka, menyaksikan hutan dan padang porak-poranda hingga sulit bagi satwa bertahan hidup.
Mungkin apa yang aku lakukan tak banyak berarti, tapi aku yakin bahwa dengan cinta, kasih dan sayang, bumi, satwa, lingkungan dan manusia bisa hidup bersama dalam keharmonisan dan kebahagiaan, saling berbagi, saling memberi, saling menghormati.
Tuhan menciptakan bumi dan isinya untuk dimanfaatkan oleh manusia, tetapi bukan berarti manusia boleh semena-mena memanfaatkannya, dan berlaku tidak adil pada bumi, satwa dan lingkungan. Karena tatkala keseimbangan tak mampu lagi terjaga, maka bencana pasti akan datang, manusia juga yang merasakannya.
Berkaca pada hidupan liar, ada persaingan, ada kekerasan tetapi semua berdasarkan kebutuhan dan tidak berlebihan. Pada hidupan liar beraneka ragam makhluk ciptaan Tuhan terhampar dan tumbuh hidup bersama, mulai dari lumut, semak hingga pohon, satwa, udara dan air melengkapi. menciptakan sebuah komposisi teatrikal dan instalasi seni Maha Karya yang tak bisa tertandingi cipta manusia.

Minggu, 21 Desember 2008

Selamat Hari Ibu, Bunda

Selamat Hari Ibu, untuk Bunda:

Kasih sayang seorang ibu
Seperti air dan udara,
Tak pernah berhenti,
Selalu mengalir mengisi keinginan dan kebutuhan kita,

Kasih sayang seorang ibu
Sering terlupa disudut keegoisan
Tercampak disisi-sisi keakuan dan keangkuhan kita
Tinggalkan sungai-sungai air mata yang tak terlihat oleh kita
Terpendam dan tersembunyi rapi
Dalam ketulusan, keikhlasan dan samudra kasih sayang sang ibu

Salam lestari

Hudi DW

Kekayaan dan Keindahan Kabupaten Ketapang

Kekayaan dan Keindahan Kabupaten Ketapang dalam jepretan


Keindahan sebatang pohon, meski sudah tak berdaun dan berbuah masih penuh makna



Anak Laut bernyanyi dan menari, bermain dan belajar dari Lautan



Seonggok Batu alam membentuk sosok Orangutan, maha Besar Dia Sang Pemahat Kehidupan




Hubungan dan interaksi alami, sebuah seni kehidupan yang sering luput dari mata kita






Ketapang Waspada Banjir....!


Hari ini Minggu, 14 Desember 2008 di beberapa titik kota Ketapang terendam air, antara lain Pasar Rangga Sentap, Sekitar Jembatan Pawan 1 sampai Pom Bensin Seberang, Sungai Jawi, Jl. Merdeka, Jl M. Saunan.

Saat ini Kota Ketapang masih relatif aman dari ancaman Banjir, tetapi bila Pemerintah, Masyarakat dan Pengusaha tidak berhati-hati dalam bertindak dan lengah dalam mengantisipasi banjir, maka bukan hal yang mustahil dalam kurun waktu 3 - 5 tahun kedepan kota Ketapang bisa terendam air.

Beberapa hal yang dapat kita lakukan bersama sebagai warga Ketapang untuk mengurangi bahaya banjir adalah:

1. Mempertahankan dan memelihara daerah-daerah resapan air di Hilir Kota Ketapang (Hulu Sentap, Tanjung Pasar, Tanjung Pura, dll) agar tetap alamiah dengan kondisi bio-ekologisnya, sehingga luapan air dari Hulu Sungai Pawan masih bisa tertampung

2. Menjaga kondisi Parit dan saluran air di tengah kota dan pemukiman untuk tetap bersih dan lancar, peran serta setiap warga merupakan kontribusi dan rasa memiliki terhadap kota Ketapang, perlu ada gerakan bersama untuk setiap warga masyarakat dan pemerintah untuk selalu menjaga kondisi Parit dan saluran air di tengah kota dan pemukiman untuk tetap bersih dan lancar, misalnya:

a. Dengan mengadakan hari bersih parit setiap minggu atau 2 minggu sekali
b. Setiap warga masyarakat yang di depan, samping atau belakang rumahnya terdapat parit, saluran air atau sungai maka mereka wajib menjaga dan membersihkannya dari sampah dan lumpur
c. Ada sangsi hukum baik dari Pemerintah maupun dari Masyarakat kepada warga masyarakat yang membuang sampah di parit, saluran air atau sungai

3. Menjaga, menanam dan melestarikan tumbuhan di tepi sungai terutama tumbuhan asli pinggir sungai

4. Parit di tengah Kota perlu ditata, karena salah satu kelemahan dari tata kota Ketapang adalah tidak memiliki saluran atau parit di jalan-jalan utama tengah kota yang terhubung dengan parit ke Sungai-sungai, ada beberapa tetapi banyak yang sudah tersumbat dan dangkal.

5. Setiap pembangunan rumah, toko dan kantor serta bangunan lain harus memiliki parit atau saluran pembuangan air yang benar

Ayo berbuat bersama untuk masa depan yang lebih cemerlang, aman dan bermanfaat.

Salam Lestari

Hudi DW

Bangkitlah Ketapang……….!


Kabupaten Ketapang memiliki beraneka ragam potensi alam dan budaya yang dapat dijadikan sebagai daya tarik bagi para investor dan wisatawan sehingga dapat membuka peluang alternative income bagi masyarakat dan PEMDA Ketapang, dengan pengelolaan yang terorganisir dan terjadwal dengan baik maka ketapang akan menjadi sebuah tempat tujuan wisata yang menjadi target singgah.

Berbagai pihak (Pemerintah, Masyarakat, Budayawan dan Pengusaha) perlu bergandeng tangan bersama dan membuka pintu hati serta melepaskan sekat-sekat pembatas dan perbedaan tanpa meninggalkan potensi dan jati diri masing-masing, karena pada hakikatnya semua perbedaan dan keberagaman itu akan menjadi indah bila dipadukan, seperti Pelangi yang beraneka warna tampak indah bila bersatu, tetapi bila warna-warna pelangi tersebut terpisah maka keindahan itu memudar, demikian juga dengan Kabupaten Ketapang yang memiliki beraneka ragam adat dan budaya (baik Tari, ritual dan seni rupa), bila terpisah-pisah adapt dan budaya tersebut nampak kurang menarik dan monoton bagi wisatawan tetapi bila keberagaman adat dan budaya tersebut dapat bersanding bersama maka akan menjadi sebuah kekuatan dan keindahan yang tidak akan kalah dengan adat budaya daerah lain.

Kota Ketapang perlu memiliki sebuah tempat pentas budaya yang cukup representative, memiliki daya tarik dan gratis, dimana secara rutin (2 minggu sekali atau sebulan sekali) selalu ada pentas adat budaya dan kreatifitas seni lainnya. Para seniman dan budayawan dapat berkarya dan menumbuh-kembangkan kreatifitas apabila ada tempat dan sarana untuk mempresentasikan atau mementaskan hasil karya dan kreatifitasnya. Secara otomatis moment tersebut akan menjadi magnet bagi wisatawan baik dalam negri maupun manca Negara, apalagi didukung dengan adanya publikasi lewat berbagai media.

Kaum Muda Ketapang sebagai generasi pewaris budaya Ketapang, perlu melihat, mengenal, mencintai dan memelihara serta mengembangkan warisan tersebut. Dengan adanya wadah apresiasi adat dan budaya yang secara rutin memberikan ruang dan tempat bagi para seniman dan budayawan berproses maka diharapkan dapat menjadi sebuah arena bagi kaum muda Ketapang mengambil peran dalam pelestarian dan pengembangan seni dan budaya Ketapang.

Bersatulah seniman dan budayawan Ketapang, bangunlah dari ketidak pedulian dan keputus asaan, mari songsong fajar 2009 dengan kebersamaan dan semangat berkarya.


Salam Lestari
Hudi DW

Kamis, 07 Februari 2008

Bukalah mata hati

“Indonesia Tanah airku Tanah tumpah darahku
Di sanalah aku berdiri jadi Pandu Ibuku
Indonesia Kebangsaanku Bangsa dan Tanah airku
Marilah kita berseru Indonesia Bersatu….”

Bait-bait syair lagu Indonesia Raya itu bergema di antara rimbun hutan di sebuah dusun di Kalimantan Barat, tepatnya di dusun Manjau Kabupaten Ketapang, dari mulut-mulut mungil yang sebagian tak bersepatu dengan seragam merah dan putih yang seadanya berkumandang lantang lagu yang penuh kebanggaan dan kecintaan memiliki negeri yang bernama Indonesia.

Air mataku mengambang dan dadaku terasa sesak oleh keharuan, betapa tidak, mata, telinga dan hatiku dengar dan saksikan anak-anak dengan segala kesederhanaan yang mereka miliki berdiri tegak di hadapan Sang Saka Merah Putih mengumandangkan pujian dan kesaksian dengan lugu dan ikhlas kepada Sang Negeri, penuh cinta dan kebanggaan pada Ibunda Pertiwi.

Di sudut-sudut lain di Negeri ini aku pernah saksikan banyak anak-anak, remaja bahkan orang tua yang tak lagi sadar dan ingat akan lagu Indonesia Raya bahkan mungkin juga lupa kalau memiliki negeri yang bernama Indonesia, anak-anak disibukkan dengan beraneka ragam cyber-game, para remaja terhipnotis dengan kehidupan glamor yang serba modis, sementara itu para orang tua berpacu mengeruk rupiah. Di sudut lain para akademisi di kampus-kampus saling hantam-menghantam tidak sedikit pula yang meninggal dunia karena memperebutkan “kehormatan semu”, bukan lagi gigih memperjuangkan “Kehormatan Keyakinan sejati”, hanya karena rebutan pacar sebabkan kampus berantakan. Politikus di negeri ini seakan lupa memasukkan “agenda suci” kedalam agenda harian mereka, agenda mereka penuh dengan kepentingan kepuasan pribadi dan kepentingan kekuasaan partai dengan “memakai topeng” demi kepentingan rakyat.

Para cerdik cendikia dan pemikir di negeri ini berkumpul di megah kota-kota besar, duduk nyaman dengan ruang ber AC, dalam sebuah lingkungan yang serba modern dan canggih. Para jutawan, milyader sibuk menginvestasikan dan menggandakan uang mereka lalu menumpuknya di Bank-bank luar negeri. Sementara itu jauh di pelosok negeri jutaan anak usia sekolah dengan telanjang kaki tertatih-tatih untuk bisa sekolah dan belajar tidak sedikit mereka harus menggantung mimpinya untuk jadi pelajar atau sarjana karena ketidak mampuan ekonomi karena mahalnya biaya pendidikan dan tidak adanya guru serta sekolah di daerah mereka. Betapa bahagianya Ibunda Pertiwi bila melihat para cerdik cendikia dan orang-orang kaya di negeri ini bersama menyingsingkan lengan baju membagikan kelebihan pemikiran, tenaga dan uang mereka untuk membantu anak-anak negeri di sudut-sudut negeri sehingga ringan beban mereka untuk dapat menikmati ”dunia pendidikan”.
Sebuah mimpiku, apabila satu orang dinegeri ini menyisihkan Rp. 1000,- setiap hari untuk membantu pendidikan tentu tidak akan ada lagi keluhan ”biaya pendidikan itu mahal”.

Tuhan Yang Maha Kasih dan Sayang, bukalah mata, hati dan telingaku, saudara-saudaraku, pemimpin dan rakyat Indonesia agar anak-anak negeri di sudut-sudut negeri terringankan beban dipundaknya untuk dapat menikmati Pendidikan yang sama dengan anak-anak di pusat-pusat negeri.

Salam lestari
Hudi DW

Senin, 21 Januari 2008

Puisi lama Lagi

Selamat Pagi

Selamat pagi Surabaya, selamat pagi Terminal Purabaya
Pagi ini begitu berbeda aku rasakan kamu, tidak seperti waktu-waktu dahulu, kenapa?
Nafasmu begitu berat terdengar, seperti menahan geram, kenapa?
Tubuhmu tampak sedikit kusut tidak lagi genit seperti dulu, kenapa?
Geliat tubuhmu terlihat kaku tidak selincah dulu, kenapa?
Apakah karena berjuta kubik Lumpur melumuri tubuhmu sehingga nafasmu berat, sehingga tubuhmu kusut dan geliat tubuhmu kaku?
Apakah karena berjuta kubik sampah menghimpit tubuhmu sehingga nafasmu berat, sehingga tubuhmu kusut dan geliat tubuhmu kaku?
Apakah karena berjuta kubik partikel logam membalut tubuhmu sehingga nafasmu berat, sehingga tubuhmu kusut dan geliat tubuhmu kaku?
Selamat pagi Surabaya, selamat pagi Terminal Purabaya
Pagi ini begitu berbeda aku rasakan kamu, tidak seperti waktu-waktu dahulu, kenapa?
Bahkan untuk menjawab pertanyaankupun kau enggan seperti kau lupakan keakraban kita, kenapa?
Sahabat, pagi ini aku tiba dengan segenap rinduku yang sama seperti dulu
Aku ingin kita bergumul bersama dengan rasa dan jiwa sembari nikmati hangat sang surya dan secangkir kopi seperti dulu
Tapi kenapa kau malah duduk disudut berpeluk lutut?
Sudah hilangkah rindumu padaku wahai sahabat?
Jangan berikan kehampaan pada perjumpaan ini, karena aku yakin matahari akan tetap berikan sinarnya untuk kita mampu mengusir segala himpitan ditubuhmu dan tubuhku
Lalu angin akan menghembuskan sejuk cinta kasih untuk mengusir segala amarah dan dendam di hatimu dan hatiku
Wahai sahabat biarkan luka-luka dan kesedihanmu rasakan dan nikmati, karena dengan itu kau dapat merasakan betapa Agung Sang Maha Welas Asih telah memberimu kesehatan dan kebahagiaan yang mungkin selama ini kau dan aku lupakan.

Terminal Purabaya, 4 November 2006
Hudi DW